SEPANJANG WAKTU

Aku mengenal Bunga sejak duduk di bangku SMP. Aku masih ingat ketika ia satu satunya murid yang mau mendekatiku di saat jam istirahat. Ia seakan akan tak peduli dengan anggapan orang kalau aku ini anak aneh. Menurutku tidak ada yang salah dengan diriku, aku suka kok bermain sepak bola seperti anak lainnya. Namun entahlah.. tidak ada yang mau bermain denganku. Seakan akan mereka tidak pernah menganggapku ada. Padahal apa salahku? aku juga ingin memiliki kehidupan normal seperti mereka. Tapi tetap saja, aku sendiri tidak pernah berusaha untuk lebih mendekati mereka. Toh selama ini mereka tidak pernah membully ku.
"Hei, kenapa kamu melamun?"sentakan Bunga membuyarkan pandanganku. Cantik sekali ia hari ini. Mungkin dia bukanlah orang paling cantik yang pernah aku temui. Tapi menurutku ia berdandan dengan tidak berlebihan sehingga lebih memancarkan auranya. Di usia dewasa kami, Bunga masih tampak lebih muda daripada seusianya. Padahal kalo dipikir pikir, Bunga lebih tua beberapa bulan daripadaku. Hari ini ia mengenakan rok selutut warna putih yang dipadukan dengan atasan berwarna hijau muda. Ia mengenakan jepit kecil bermotif bunga berwarna putih di sebelah kanan. Haha.. sesuai namanya. Aku pernah bertanya bunga apa yang ia sukai? dengan cepat ia menjawab "pasti bunga melati doongg!" Sejak saat itu di setiap ulang tahunnya, aku selalu memberikan sebuah kado dan setangkai bunga melati. Dan setiap menerima kado itu juga ia akan tertawa girang seperti anak kecil meskipun ia sudah tau pasti akan ada bunga melati nya.
"Eh.. udah dateng ternyata. Kemana aja kamu dari tadii?" kataku dengan wajah cemberut yang dibuat buat
"Hehee maaf aku telat. Tadi masih ada sedikit pekerjaan kantor yang belum kuselesaikan. Tapi sekarang sudah beres semua kokk"
Hal itulah yang membuatku tambah menyukainya. Dia adalah pribadi yang disiplin. Tidak pernah sekalipun menunda pekerjaannya. Menurutku itu bagus, pekerjaan akan selesai dengan cepat dan kau bisa memiliki lebih banyak waktu bersantai setelahnya.
"Oohh. Jadi kita sekarang mau kemana nih?" Aku teringat dengan jam yang sudah menunjukkan pukul 20.00. Pasti Bunga tadi sibuk menyelesaikan pekerjaannya sehingga belum sempat makan. Aku sudah sering mengingatkannya agar tidak lupa dengan kesehatannya sendiri. Dan dia selalu menanggapinya dengan tertawa. "Aku bukan anak kecil lagi Shan"
"Gimana kalo kita coba cafe baru itu? Teman teman ku bilang makanannya enak enak, dan tempatnya juga nyaman"
"Okeyy"
Aku selalu mempercayai tempat makan yang direkomendasikan oleh Bunga. Dia orang yang suka kuliner dan mencoba tempat baru. Jadi kemungkinan besar tempat yang dipilihnya memang benar benar enak. Tidak dapat dipungkiri aku juga cukup pemilih dalam hal makanan, haha.
Cafe yang kami berdua datangi lumayan ramai. MUngkin karena masih terbilang baru sehingga orang masih penasaran. Ditengah tengah para pelayan cafe dan pelanggan yang berlalu lalang, kami berdua cukup bingung menentukan tempat duduk yang pas. Setelah beberapa menit, aku melihat tempat duduk yang kosong dan dengan cepat menarik Bunga agar mengikutiku sebelum tempat tersebut di ambil orang lain.
"Waahh.. akhirnya dapet juga yaa. AKu laper banget nihh" Dengan wajah kelelahan Bunga membuka jaket yang selama ini melindungi tubuhnya. Pasti ia lelah karena sudah seharian bekerja.
Dengan cepat kami berdua memesan makanan yang diinginkan. Meskipun kami pemilih dalam hal makanan, tapi kami tidak pernah terlalu lama memilih milih menu. Apalagi dalam keadaan lapar. Sambil menunggu makanan dan minuman datang kami berbicang banyak hal. Hari ini dia lebih banyak menceritakan salah satu teman kantornya yang menyebalkan. Aku pun selalu serius mendengarkan ceritanya. Entahlah.. menurutku dia selalu berhasil membuat cerita yang ia sampaikan serasa lebih hidup. Bunga tidak hanya suka didengarkan, namun ia sering peduli dengan bagaimana keseharianku. Yaahh.. meskipun hari hariku nampaknya lebih membosankan, namun ia tetap sabar mendengarkanku. Aku adalah seorang penulis. Sejak dulu aku jarang berinteraksi dengan banyak orang jadi aku kira penulis adalah pekerjaan yang cocok untukku. Kau hanya membutuhkan ruangan yang tenang, secangkir kopi atau coklat panas, dan laptop didepanmu. Aku pun menceritakan kemajuan novel ku yang masih dalam proses.
Biasanya aku menulis cerita thriller. Namun pada suatu saat aku mendengar celetukan Bunga "coba deh kamu tulis yang ada romance romance nya. Mungkin akan lebih menyenangkan" Awalnya aku takut akan membuat cerita yang jelek karena tidak pernah membuatnya sama sekali, tapi tidak ada salahnya mencoba. Dan disinilah aku, mendiskusikan alur cerita untuk novelku yang selanjutnya dengan Bunga. Harus aku akui, meskipun Bunga bukan seorang penulis, banyak ide ide menarik yang muncul dari pemikirannya. Tentu aku sangat berterimakasih kepadanya.
Tidak lama kemudian makanan yang kami pesan pun jadi. Bunga terlihat sangat bersyukur karena tidak perlu menunggu lama untuk makanan tersebut. Sesuai dengan perkiraanku, makanan disini cocok dengan lidahku. Entah karena pengaruh lapar atau apa, tapi yang jelas makanan ini terasa sangat enak. Sesekali aku memandang ekspresi Bunga yang dengan cekatan mengiris steak nya dan melahapnya dengan cepat. Kadang aku tertawa geli jika melihat ekspresi kelaparannya dan dia akan membalasnya dengan cemberut. "Ih kamu, aku kelaperan malah diketawain"
"Eh Shan.. kapan kapan kita datang lagi ya kesini. Ternyata makanannya enak juga!" ujar nya dengan mulut yang masih dipenuhi dengan makanan
"Iya pasti kok. Menurutku juga enak makanannya"
Kami memang tidak seberapa banyak berbicara ketika sedang makan. Lebih tepatnya aku yang tidak suka. Bunga adalah tipe orang yang cerewet, jadi tidak peduli mau sebanyak apapun makanan yang dikunyahnya, dia akan terus bercerita. Namun lagi lagi ia menghormati keinginanku dengan tidak banyak berbicara saat makan. Dengan begitu aku akan lebih fokus dengan kenikmatan makananku.
Setelah menghabiskan hidangan masing masing, kami sedikit berbincang dan pulang kerumah masing masing. Besok pagi Bunga harus kembali berangkat kerja sehingga ia tidak boleh terlalu lelah. Apalagi jarak antara rumah dan kantornya terbilang cukup jauh. Aku pernah mengatakan kenapa tidak cari kos saja? aku tau biaya bukanlah penghalang bagi Bunga. Namun ia tetap bersikeras untuk tetap tinggal di rumahnya yang sekarang. Yaah.. aku tidak dapat memaksanya kan. Bagaimanapun ia sendiri yang berhak mengatur jalan hidupnya.
Apakah aku sudah bilang kalau Bunga adalah wanita yang cantik? Sepertinya tidak hanya aku yang menyadarinya. Terbukti dengan beberapa cerita yang Bunga lontarkan kepadaku. Entah teman kerjanya yang naksir kepadanya secara sembunyi sembunyi maupun terang terangan. Mungkin mereka merasa minder duluan terhadap kecantikan dan kecerdasan Bunga. Banyak yang menjadi pengagumnya, jadi tentu saja banyak yang ingin dekat dengannya. Begitupula yang menyatakan rasa tertariknya dengan terang terangan. Bisa dibilang Bunga banyak meminta pendapat dari ku. Otomatis aku banyak mengetahui nama nama dari teman kantor Bunga. Pernah suatu saat Bunga mengajakku pergi ke acara kantornya. Seperti yang sudah kuduga, banyak dari mereka yang mengiraku sebagai pacar Bunga. Entahlah.. rasa minder yang sudah tertanam dalam diriku sejak kecil semakin tumbuh apalagi ketika mereka memandangiku. Jadi yang bisa aku lakukan hanya senyam senyum kesana kemari tanpa banyak bicara dan berujung duduk sendiri di pojokan sambil menikmati minumanku yang tersisa. Aku memandangi Bunga dari kejauhan yang sedang tertawa terbahak bahak oleh lelucon konyol dari salah satu teman kantornya. Aku tidak ingin mengganggunya, karena bagaimanapun ini adalah acara kantornya. Tidak mungkin aku memaksanya untuk menemaniku duduk menyendiri di pojokan.
Kira kira 2 minggu setelah pesta tersebut, Bunga mulai sering menceritakan kedekatannya dengan salah satu teman kantornya. Dia menceritakan betapa baik temannya tersebut. Mulai dari banyak menawarkan bantuan terhadap pekerjaan Bunga yang bejibun, sampai menyelamatkan muka Bunga di hadapan bos nya karena ada sedikit kesalahan. Maksudku, andai saja aku bisa melakukannya.. pasti aku yang berada di barisan paling depan untuk membantunya. Laki laki itu sepertinya memang orang yang baik. Aku pernah sekali bertemu dengannya di pesta tersebut. Dibandingkan teman temannya ia tergolong tidak banyak bicara dan lebih banyak tersenyum menghadapi candaan teman temannya. Tampilannya bersih dan rapi, malah cenderung terlalu rapi untuk ukuran sebuah pesta. Tangannya beberapa kali membetulkan letak kacamata yang menambah kesan keluguannya. Entahlah.. aku mendapatkan kesan yang baik terhadap orang ini, dan mungkin Bunga memang akan bahagia jika bersamanya. Setelah kira kira sebulanan, hubungan mereka tampaknya semakin membaik. Mereka jadi lebih sering jalan bareng yang terlihat dari postingan aku sosial media milik Bunga. Beberapa kali mereka mendatangi taman kota, makan di restoran mewah, pergi ke mall, atau bahkan hanya duduk di pinggir jalan memandangi sibuknya kendaraan kota yang berlalu lalang.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Bunga memergoki laki laki tersebut sedang memadu kasih dengan perempuan lain. Tidak ada tangisan yang dikeluarkan Bunga seperti wanita lain yang kehilangan cintanya. "Apalagi gunanya Shan.. mungkin waktu belum mengizinkan aku bertemu jodohku"
Bunga.. kenapa kamu tidak menyadarinya sejak dulu? belahan jiwa yang kamu dambakan sudah berdiri didepanmu sejak dulu. Siapa lagi yang bisa melindungimu dari kelakuan monster berkedok manusia yang seakan akan bisa memangsamu sewaktu waktu? Tidak ada lagi cara lain selain aku harus mengintai mu selama hampir 24 jam. Tidak tidak.. maksudku mengintai para monster yang berusaha mendekatimu. Mudah saja bagiku untuk mencari data diri mereka sekaligus menemukan kata sandi bodoh yang mereka buat untuk melindungi semuanya. Rekening bank? bahkan sampai akun sosial media pun aku mampu membobolnya. Mereka kira selama ini hidup dengan aman seakan akan tidak mungkin dunia runtuh seketika. Aku lah yang akan meruntuhkan dunia tersebut. Dengan sekali ancaman, mereka akan ketakutan setengah mati. Itu memang naluri semua makhluk hidup kan? berusaha menyelamatkan dirinya sendiri tanpa peduli apa yang mereka tinggalkan. Bisa saja orang yang selama ini dicintainya? Entahlah.. paling tidak itu yang selama ini aku percayai. Tidak ada manusia yang benar benar mencintai orang lain melebihi cintanya terhadap dirinya sendiri. Bahkan tidak ada satu pun bantahan yang dikeluarkan laki laki itu ketika aku menyuruhnya pura pura selingkuh dari Bunga. Andai waktu itu aku bisa mengabadikan wajah tololnya, akan aku jadikan pajangan agar bisa menjadi pengingat seumur hidupku.
Dan kau tahu Bunga? keindahanmu pasti akan lebih banyak menarik monster yang lainnya. Aku akan tetap disini, memandangimu dari kejauhan agar tidak merusak pesona yang kau pancarkan. Tapi jangan harap aku akan berhenti. Karena hanya aku yang boleh memandangmu. Sepanjang waktu

Comments